Senin, 02 Mei 2011

in memory







      Teringat kembali saat ku rebahkan tubuh di Surya Kencana, memandangi keindahan bunga - bunga edelweis yang bermekaran, meresapi dingin yang menusuk kulit, mencium aroma kabut yang berjalan diantara lembah. 
      
       Rasa takut, gelisah, semua hilang terbawa kabut kelam. Banyak yang bertanya, Apa yang dicari, dilihat dan dirasakan disana??? aku hanya berkata.... semua itu seperti fly without wings but we can fly...in our mind.


Terkadang kita merasa tinggi saat dibawah dan merasa rendah saat kita berada di ketinggian. 

Jumat, 29 April 2011

Bisu (tjatatan lama)

Daun berguguran, melayang hingga bersemayam di tanah, mengendap, menyatu. Berserakan, tak beraturan. Pepohonan menjulang gagah, berhimpitan menciptakan kanopi, menghalangi sang surya menerobos untuk kuraba hangatnya.
Remang . . .
Duduk tersungkur di bangku tua, bersandaran sejenak berbagi kepenatan di 'bahu'nya. Sendiri, tiada yang menemani.
Bisu, hanya jiwa yang bersuara . . .
Bau basah hujan masih kentara tercium, tetesannya menggenang membentuk kubangan di dekat kakiku. Permukaannya tenang sehingga aku bisa ber'kaca' dan tampaklah wajahku meski samar.
" Hai ", kusapa wajah itu. Membisuku, membisu pula ia. Ah, andai wajah tercermin itu bisa kuajak berkisah.
Angin datang, membelai lembut kulit sembari mempermainkan rambutku. Desirannya membuatku bagai diiringi petikan kecapi (padahal bagaimana kecapi itu sendiri belum pernah kulihat bentuknya sampai saat ini).
Hahaha . . .
Berangan menembus 'tembok kewajaran'
Rasio menerawang bebas, diam menikmati indahnya sebatang kara dengan makhluk hidup yang bisu. 




Dalam Keheningan, biarkan Ia berbicara

Kamis, 28 April 2011

Kenapa dinamai Surya Kencana?

Surya Kencana adalah tempatMenurut mitos yang berkembang, disinilah Eyang Suryakencana bermukim. Menurut mitos, Pangeran Suryakencana adalah anak Bupati Cianjur pertama. Cianjur adalah salah satu kota di lereng Taman Nasional ini. Dalam mitos yang berkembang di lereng kedua gunung ini, Pangeran Ariawiratanudatar, sang Bupati, konon mempunyai hubungan dengan seorang puteri jin, hingga mempunyai anak yang kemudian dinamai Pangeran Suryakencana. Sang Pangeran hasil hubungannya dengan jin ini kemudian bermukim di lembah di lereng gunung Gede, hingga lembah tersebut kemudian dinamai dengan namanya. Sampai saat ini, masyarakat tradisional Cinajur, ketika merayakan hari jadi kota Cianjur, selalu setia menyediakan kuda tunggang kosong untuk Pangeran Suryakencana. Jika kuda tadi terlihat menahan beban berat maka diyakini Pangeran Suryakencana hadir di tengah-tengah mereka.
Tetapi dibalik Cerita itos di atas. Surya Kencana adalah tempat 
Pendakian perdana Alphinismo (TNGP)