Jumat, 29 April 2011

Bisu (tjatatan lama)

Daun berguguran, melayang hingga bersemayam di tanah, mengendap, menyatu. Berserakan, tak beraturan. Pepohonan menjulang gagah, berhimpitan menciptakan kanopi, menghalangi sang surya menerobos untuk kuraba hangatnya.
Remang . . .
Duduk tersungkur di bangku tua, bersandaran sejenak berbagi kepenatan di 'bahu'nya. Sendiri, tiada yang menemani.
Bisu, hanya jiwa yang bersuara . . .
Bau basah hujan masih kentara tercium, tetesannya menggenang membentuk kubangan di dekat kakiku. Permukaannya tenang sehingga aku bisa ber'kaca' dan tampaklah wajahku meski samar.
" Hai ", kusapa wajah itu. Membisuku, membisu pula ia. Ah, andai wajah tercermin itu bisa kuajak berkisah.
Angin datang, membelai lembut kulit sembari mempermainkan rambutku. Desirannya membuatku bagai diiringi petikan kecapi (padahal bagaimana kecapi itu sendiri belum pernah kulihat bentuknya sampai saat ini).
Hahaha . . .
Berangan menembus 'tembok kewajaran'
Rasio menerawang bebas, diam menikmati indahnya sebatang kara dengan makhluk hidup yang bisu. 




Dalam Keheningan, biarkan Ia berbicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar